03 January 2007

Cawan & Kopi

Sekelompok alumni sebuah perguruan tinggi terkemuka, yang telah mencapai
kedudukan atau keberhasilan karir yang baik, bersilaturahim di rumah dosen
pembimbing mereka dahulu, seorang profesor yang bersahaja. Mereka sangat
terlena dengan perbincangan yang akrab dengan beragam topik.
Sampailah mereka ke dalam perbincangan topik 'stress'. Sindrom tekanan
hidup yang mereka alami, dikeluhkan berulang-ulang. Beberapa diantaranya,
saling menguatkan keluhan itu, sehingga menambah kekecewaan dan rasa
pesimis. Melihat perbincangan yang tidak sehat itu, sang professor
tersenyum simpul dan meminta izin sebentar untuk ke dapur.

Sang professor bergabung kembali ke dalam ruangan dengan membawa nampan
berisi beberapa jenis cangkir dan gelas serta sebuah teko berisi kopi
hangat. Hal yang sangat tidak lazim adalah dibawanya cangkir dan gelas
yang beragam itu. Ada yang diperbuat dari porcelain, plastik, kaca dan
kristal. Ada yang kelihatan biasa dan ada pula yang kelihatan sangat mahal.
Professor itu mempersilahkan mereka menuang sendiri kopi tersebut.

Setelah semua anak didiknya mengambil kopi masing-masing, professor itu
berkata:

"Mohon diperhatikan dengan teliti. Bukankah, semua cangkir dan gelas yang
cantik dan mahal telah diambil, dan menyisakan cangkir dan gelas yang biasa
dan kelihatan murah. Ini adalah keadaan yang sangat biasa, yaitu kita
menginginkan yang terbaik dalam hidup. Tetapi, tidakkah Anda semua
menyadari, bahwa terletak pada cara pandang inilah, semua masalah dan
'stress' yang menakutkan itu berpangkal."

"Apa yang sebenarnya Anda perlukan adalah kopi, bukan wadahnya, tetapi Anda
semua lebih memperhatikan dan lebih tertarik untuk memilih wadah
tercantik.dan termahal. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah, Anda sibuk
memperhatikan wadah yang telah diambil oleh orang lain."

"Kehidupan adalah kopi. Jabatan, uang, dan kedudukan di dalam masyarakat
adalah wadah tersebut. Wadah itu hanyalah alat untuk nenampung, dimana
sesuatu yang akan ditampungnya adalah kehidupan itu sendiri. Kehidupan
tidak berubah hanya karena alat tampungnya yang berubah. Kadangkala kita
terlalu fokus kepada wadah yang kita pegang hingga kita gagal untuk
menikmati kopinya. Dan yang lebih menyedihkan, Anda semua sibuk
memperhatikan dan beriri hati atas wadah yang dipegang orang lain."

"Nikmatilah kehidupan yang ada"

Karena kebahagiaan itu sederhana dan harus diputuskan sekarang. Maka
ber-bahagia- lah. Smoga keikhlasan anda bekerja hari ini bukanlah semata
untuk mencari Cangkir yang gemerlap